Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan termasuk sektor bisnis ritel, terutama yang menjual barang-barang di luar kebutuhan pokok. Meskipun pembatasan sosial sudah mulai direnggangkan, pemulihan bisnis masih belum juga terasa. Banyak perusahaan ritel terpaksa harus menutup gerai, baik permanen maupun sementara, hingga harus melakukan pemotongan gaji karyawan, dan juga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan.
Selain daya beli masyarakat yang menurun, kebijakan pemerintah di beberapa wilayah Indonesia yang membatasi kegiatan operasional pusat perbelanjaan di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga berdampak pada bisnis ritel.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebutkan konsumsi masyarakat sebelumnya mulai membaik pada Juni hingga Agustus, yakni terdapat perbaikan Indeks Penjualan Riil (IPR) dari minus 17,1% menjadi minus 10% pada bulan Agustus. Namun pada bulan November justru kembali minus 12,3%. Tantangan lain yang perlu dihadapi pelaku bisnis ritel pada masa pandemi adalah terkait dengan komponen biaya pengeluaran tetap (fixed cost) yang mesti harus dibayarkan pengusaha seperti sewa tempat.
Untuk memudahkan proses komunikasi internal, perusahaan dapat melakukannya dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP), yaitu aplikasi manajemen bisnis yang memudahkan pengelolaan bisnis secara terintegrasi, sehingga perusahaan dapat memantau seluruh operasi bisnis dalam satu sistem.
Kondisi pandemi seperti sekarang menuntut pelaku bisnis untuk menerapkan proses manajemen risiko bisnis dengan benar. Agar pengelolaan risiko bisnis berjalan dengan baik sesuai dengan industri, maka dibutuhkan tim yang profesional seperti konsultan risiko dan broker asuransi, Marsh Indonesia, agar penerapan strategi dalam menghadapi risiko lebih terukur dan kerugian finansial dapat diminimalkan.
Marsh Indonesia memiliki tim spesialis yang telah berpengalaman dalam membantu ribuan perusahaan di Indonesia untuk mengelola risiko secara strategis dengan solusi yang dirancang untuk tujuan menajemen risiko, dan tujuan bisnis secara keseluruhan. Strategi yang diterapkan juga sesuai dengan profil risiko dan industri bisnis, serta sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Selain daya beli masyarakat yang menurun, kebijakan pemerintah di beberapa wilayah Indonesia yang membatasi kegiatan operasional pusat perbelanjaan di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga berdampak pada bisnis ritel.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebutkan konsumsi masyarakat sebelumnya mulai membaik pada Juni hingga Agustus, yakni terdapat perbaikan Indeks Penjualan Riil (IPR) dari minus 17,1% menjadi minus 10% pada bulan Agustus. Namun pada bulan November justru kembali minus 12,3%. Tantangan lain yang perlu dihadapi pelaku bisnis ritel pada masa pandemi adalah terkait dengan komponen biaya pengeluaran tetap (fixed cost) yang mesti harus dibayarkan pengusaha seperti sewa tempat.
Cara agar industri retail tetap bertahan di tengah pandemi
Pandemi Covid-19 yang juga belum mereda tentu mempengaruhi kebiasaan dan kebutuhan konsumen. Berikut beberapa hal yang harus dipahami oleh pelaku bisnis ritel di tengah pandemi.1. Menerapkan protokol kesehatan
Menjalankan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah penting untuk bisnis ritel guna mencegah penularan Covid-19. Protokol kesehatan yang harus diterapkan antara lain dengan membatasi jumlah pengunjung toko, mencuci tangan sebelum masuk toko, menggunakan masker, melakukan pengecekan suhu tubuh untuk pelanggan, dan memberlakukan cashless payment untuk mencegah penularan dan penyebaran virus.2. Mengikuti permintaan konsumen
Pelaku usaha juga harus menyesuikan produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen yang berubah adalah kondisi ekonomi, iklan, dan kompetisi. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, kebutuhan pokok tentu menjadi barang yang menjadi kebutuhan utama. Selain itu masker, hand sanitizer, dan vitamin kesehatan juga menjadi prioritas utama untuk dibeli.3. Mempertahankan loyalitas pelanggan
Pelaku bisnis dapat melakukan promosi dan penawaran khusus untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang baik. Dengan begitu, maka loyalitas pelanggan akan tercipta. Mempertahankan loyalitas pelanggan juga dapat dilakukan dengan mengenal mereka secara personal, seperti mengirimkan SMS atau email dengan konten yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.4. Mengelola komunikasi internal dengan ERP
Bisnis ritel termasuk bisnis dengan operasional yang cukup kompleks sehingga dalam mengelola komunikasi internal juga harus diperhatikan. Perusahaan ritel berskala besar yang memiliki banyak divisi membutuhkan komunikasi yang efisien agar operasional bisnis tidak terhambat.Untuk memudahkan proses komunikasi internal, perusahaan dapat melakukannya dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP), yaitu aplikasi manajemen bisnis yang memudahkan pengelolaan bisnis secara terintegrasi, sehingga perusahaan dapat memantau seluruh operasi bisnis dalam satu sistem.
5. Mulai ke era digital
Bisnis ritel umumnya dilakukan dengan transaksi tradisional atau pembeli mengunjungi toko secara fisik. Dalam masa pandemi seperti saat ini, masyarakat membatasi diri untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Pelaku bisnis ritel dapat melakukan penjualan secara online dengan memanfaatkan platform seperti eCommerce. Sehingga konsumen tetap dapat melakukan pembelian meski tidak dapat mengunjungi toko fisik.6. Menerapkan manajemen risiko
Penerapan manajemen risiko dalam suatu bisnis, termasuk ritel menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dengan melakukan manajemen risiko, pelaku bisnis dapat mengetahui risiko apa yang dapat muncul dan seberapa besar risiko tersebut mempengaruhi operasional bisnis. Selain itu pelaku bisnis juga dapat menyiapkan strategi untuk meminimalkan dampak risiko yang muncul.Manfaat dan proses manajemen risiko bisnis
Melakukan manajemen risiko bisnis dapat melindungi perusahaan terhadap dampak risiko yang terjadi seperti dalam masa pandemi. Adapun manfaat dari manajemen risiko adalah:- Mencegah kegagalan sehingga peningkatan laba dapat dilakukan atau setidaknya kerugian perusahaan tidak terlalu besar.
- Memberikan informasi dan perspektif kepada pihak manajemen perusahaan tentang profil risiko serta perubahan yang mendasar mengenai lingkungan bisnis, produk, dan pasar.
- Membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang terukur sehingga potensi kerugian yang relatif besar dapat dihindari.
- Menghitung dan mengukur besarnya risk exposure dan menetapkan alokasi sumbersumber dana sekaligus limit risiko yang tepat.
Langkah manajemen risiko pada sektor ritel
Perlu diketahui bahwa tidak semua risiko dapat dihindari, sehingga dibutuhkan tindakan pencegahan dalam menghadapi risiko agar kerugian dapat diminimalkan. Berikut beberapa langkah manajemen risiko bisnis yang dapat diterapkan pada sektor ritel.1. Risk identification
Melakukan identifikasi risiko yang dapat terjadi bertujuan untuk mengetahui keadaan yang dihadapi perusahaan dalam berbagai aspek seperti operasional, hukum, sosial, pasar, dan teknologi. Hasil dari identifikasi tersebut nantinya digunakan untuk menetapkan strategi dalam mengatasi risiko dan biaya untuk mengendalikan risiko.2. Risk Assessment
Setelah dilakukan identifikasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terkait dengan potensi kerugian terhadap perusahaan. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan perusahaan disetiap bidang untuk menilai risiko yang terjadi. Dengan begitu setiap risiko berada pada prioritas yang tepat.3. Risk Control
Langkah ini dilakukan untuk menyelamatkan bisnis dari kerugian akibat risiko yang timbul. Untuk melakukan kontrol risiko, terdapat strategi yang dapat dilakukan yakni menghindari risiko, mengurangi risiko, atau memindahkan risiko ke pihak lain, misalnya ke perusahaan asuransi. Pemindahan risiko melalui kepemilikan asuransi adalah sebagai salah satu cara untuk meminimalisir kerugian secara finansial jika terjadi risiko.4. Implementation
Proses manajemen risiko selanjutnya adalah dengan melakukan seluruh metode yang telah dirancang untuk menghadapi dan menanggulangi risiko yang bisa timbul. Langkah ini dilakukan untuk meminimalkan dampak dari risiko pada perusahaan.5. Monitoring and Review
Pelaku bisnis harus memahami bahwa perencanaan yang dilakukan tidak seluruhnya dapat berjalan dengan lancar. Ini disebabkan beberapa faktor seperti perubahan lingkungan atau keadaan yang tidak dapat diprediksi seperti wabah Covid-19. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi apakah tindakan atau strategi yang diterapkan telah berhasil sesuai dengan rencana atau tidak. Dengan begitu, operasional perusahaan dapat berjalan sesuai dengan strategi yang tepat.Kondisi pandemi seperti sekarang menuntut pelaku bisnis untuk menerapkan proses manajemen risiko bisnis dengan benar. Agar pengelolaan risiko bisnis berjalan dengan baik sesuai dengan industri, maka dibutuhkan tim yang profesional seperti konsultan risiko dan broker asuransi, Marsh Indonesia, agar penerapan strategi dalam menghadapi risiko lebih terukur dan kerugian finansial dapat diminimalkan.
Marsh Indonesia memiliki tim spesialis yang telah berpengalaman dalam membantu ribuan perusahaan di Indonesia untuk mengelola risiko secara strategis dengan solusi yang dirancang untuk tujuan menajemen risiko, dan tujuan bisnis secara keseluruhan. Strategi yang diterapkan juga sesuai dengan profil risiko dan industri bisnis, serta sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
0 Komentar